Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan sering terjadi di Indonesia. Padahal, seperti yang kita ketahui fungsi hutan adalah sebagai paru-paru dunia. Indonesia memiliki berbagai jenis hutan. Seperti hutan lindung, hutan suaka marga satwa dan hutan tropis. Apabila kita tidak menjaga kelestarian hutan, maka pasokan oksigen akan berkurang. Belum lagi adanya pemanasan global. Beberapa penyebab terjadinya kebakaran hutan.
1. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
2. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan lupa
mematikan api di perkemahan.
3. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
4. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan
pertanian baru dan tindakan vandalisme.
5. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut
kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar adalah:
1. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer.
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat
musim kemarau.
4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat
sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil. Kekeringan juga akan
mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya
pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
5. Terjadinya tanah longsor.
6. Musnahnya bahan baku industri perkayuan.
7. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker
paru-paru.
Tanah Longsor
Pada prinsipnya, tanah longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Musim kering yang panjang menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Sehingga, mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga-rongga dalam tanah. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya retakan dan rekahan permukaan tanah.
Pada waktu turun hujan, air akan menyusup ke bagian tanah yang retak sehingga dengan cepat tanah akan mengembang kembali. Pada awal musim hujan dan intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat yang turun pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkn gerakan lateral.
Dengan adanya vegetasi di permukaannya akan mencegah terjadinya tanah longsor. Karena air akan diserap oleh tumbuhan dan akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat taah.
Lereng atau tebing yang terjal terbentuk akan memperbesar gaya pendorong. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 derajat, apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
Faktor iklim (hujan), dapat memicu tanah yang pada saat musim kemarau terjadi rekahan-rekahan oleh hilangnya kandungan air pada tanah karena proses pengupan, maka ketika hujan tiba, air memasuki retakan tersebut yang menyebabkan tanah kembali mengembang. Pada beberapa daerah, terjadinya hujan dengan intensitas tinggi sehingga membuat kadar air tanah cepat jenuh sehingga memicu tanah mudah longsor di daerah berlereng curam.